Langkah Kedelapan : The Master Plan makers

Waktu menunjukkan pukul 01.10 WIB
Bagi para nocturnal, malam adalah siang bagi mereka. Tapi bagi para day walkers, malam tetaplah malam. Keadaan tersebut akhirnya telah menumbangkan fisik para day walkers ini untuk tetap terjaga dan bercengkraman di Angkringan Lik Man, Yogyakarta. Nessa, Icha, Farida dan Eva terlihat sudah mencapai batasnya untuk tetap terjaga, bisikan angin malam menghipnotis mereka untuk menutup mata dan merebahkan tubuh untuk melihat alam mimpi. Hingga akhirnya, rasa kantuk juga yang menyudahi sebuah pesta kecil ini.

Bukan orang timur namanya kalau tidak menjamu tamu dengan baik. Karena tengah malam di Jogja dianggap tidak aman, Farida mempunyai ide untuk mengantarkan Terezka dan Eva untuk kembali ke hotel mereka naik motor. Awalnya mereka menolak karena sungkan, tapi dengan rayuan dan cerita-cerita seram, merekapun akhirnya bersedia untuk diantarkan.
Berbekal dua buah motor, dua pria nocturnal memulai misi terakhir hari ini untuk mengantarkan Terezka dan Eva untuk sampai di hotel tempat mereka menginap dengan selamat, aman dan nyaman. Terezka dan Eva pun berpamitan kepada Nessa, Icha dan Farida. Eva adalah yang paling sulit berpisah dengan para Fanson dari Indonesia ini, kalo Terezka malah sibuk sendiri bertanya-tanya sama aku yang akan menjadi supirnya malam ini.
Is it okay if I'm with you on this motorcycle? I’m heavy…” Sebuah alasan yang masuk akal dengan melihat kondisi fisikku yang memang hampir mirip tusuk gigi.
Everything’s gonna be okay… trust me” Padahal aku juga nggak yakin akan mampu membawa sebuah kulkas ukuran 2,5 meter yang lagi backpacking ke Jogja sampe di hotel tanpa ada masalah.
Bye… bye… see you again soon..” Sebuah doa dari sebuah perpisahan untuk dapat bertemu kembali
Waktu menunjukkan pukul 01.30 WIB
Kami kembali membelah malam dan menerjang hawa dingin kota Jogja di dini hari. Motor yang dikendarai Bagus ada di depan sebagai petunjuk jalan dan tugas ku adalah membuntuti mereka dengan jarak aman. Untuk menghilangkan ketakutan Terezka, dia terus menerus bercerita sepanjang jalan sambil memeluk erat pinggangku yang katanya mirip kayak tusuk gigi. Tapi, lumayanlah dapet peluk dari bule cantik, malam-malam sambil naik motor, udaranya dingin lagi… ^_^
Sepuluh menit kami mengukur jalanan kota Jogja, kami sampai di sebuah hotel tempat Terezka dan Eva menginap. Karena tugas kami hanya mengantar, maka sesampainya kami mengantar mereka sampai di depan kamar mereka kami pun langsung berpamitan. Sebuah perpisahan dari sebuah pertemuan pertama menjadi seperti perpisahan setelah sekian lama kami bersama, pelukan dari Terezka dan Eva bukan membuat ku terbang, tapi membuat aku ingin kembali bertemu mereka lagi, suatu saat nanti.
Thank you so much for everthing… for everthing…” Kata-kata Terezka dalam pelukan
It’s simple… cause you’re my friend.” balasku dalam pelukan Terezka
See you soon… trust me…” Sekali lagi sebuah doa dari sebuah perpisahan
Waktu menunjukkan pukul 02.30 WIB
Rasa lelah memang menghampiri tubuh ku, namun semua itu malah tidak menimbulkan rasa kantuk di mata. Fikiran ku masih flashback saat ku bertemu dengan Terezka dan Eva di candi Borobudur, membuat janji bertemu untuk makan malam di halte Trans jogja di tengah hujan, hingga akhirnya bercengkraman bersama Terezka, Eva, Ujang, Asrul dan teman-teman baru dari para Fanson Indonesia di Angkringan Lik Man. Sungguh sebuah pengalaman yang berkesan dan terasa sungguh sangat cepat.
Pagi nanti kembali menanti sebuah petualangan lainnya di Jogja, bukan hanya antara Uta, Ujang dan Asrul. Tapi ditambah dengan tiga mahasiswa yang terhipnotis oleh ceritaku akan travelling ke Jogja.

Maju dulu...

Mundur dulu...

Tidak ada komentar: