Kebelet On air

Segala sesuatu yang pertama serba itu memang berkesan, bikin grogi, tak terlupakan, bahkan agak memalukan. Seperti cinta pertama, ciuman pertama, malam pertama, pacar pertama dan lain-lain yang pertama. Tapi kalau buat aku, pengalaman pertama yang satu ini sungguh tak berkesan, tak terlupakan dan sangat memalukan. Karena di sini terlihat betapa polos, norak dan penakutnya aku kalau naik pesawat.

Pertama kali aku naik pesawat adalah saat aku akan travelling ke bali bareng temanku untuk menghadiri pernikahan seorang kakak yang ada di bali, sekalian jalan-jalan gitu maksudnya.
 
Sungguh sebuah perasaan yang memacu adrenaline dan sebelum naik pesawat, seorang teman saya mengingatkan agar aku tidak lupa berdoa agar selamat sampai tujuan. Sehingga, hal itu pun aku lakukan dengan baik dan benar (wajah yang gugup, mulut komat-kamit berdoa, mata merem melek).  Tapi, sesuatu terjadi setelah take off dan pesawat terbang tenang menembus malam...

Ketika lampu kabin mulai diredupkan, kebanyakan penumpang tidur dengan suksesnya, sementara aku masih sibuk dengan novel yang masih belum selesai dibaca dari kemarin. Jadi, aku berniat untuk menyalakan lampu baca yang ada di atas kepala ku, beberapa kali aku pencet tapi lampu tidak menyala dan tanpa  disadari yang aku pencet adalah tombol untuk memanggil pramugari, dan benar saja tidak lama kemudian seorang pramugari cantik datang kehadapan ku dan bertanya dengan sopan...

“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” Sapa pramugari ramah.
“Malam juga, perasaan saya nggak manggil mbak pramugari deh. Tapi saya bingung, kok lampu bacanya saya pencet dari tadi nggak nyala-nyala yah?” Jawaban yang polos pun mengalir.
“Ooo... mas salah pencet tombol, yang mas pencet itu tombol untuk memanggil pramugari sedangkan tombol untuk lampu baca ada di sebelahnya” Jelas pramugari sambil senyum-senyum manis menahan ketawa.

Ya tuhan... betapa noraknya diriku ini, semoga tidak ada lagi kejadian yang memalukan yang lain. Akan tetapi, takdir berkata lain...

Ketika aku selesai membaca novel, rasa kantuk mulai menutup kelopak mata ini dan ingin mengantarkan ku ke ruang mimpi, dan ketika akan mematikan lampu baca, aku sangat berhati-hati agar lampu untuk memanggil pramugari tidak terpencet lagi dan benar saja lampu mati dengan benar dan aku tidak salah pencet tombol lagi.

Persiapan untuk tidur sejenak pun selesai aku laksanakan, sengaja aku rentangkan kedua tangan ke atas sejenak agar bisa mendapatkan posisi yang enak untuk sebentar memejamkan mata sebelum mendarat di pulau dewata. Akan tetapi, sesaat sebelum aku menutup mata, sebuah sentuhan lembut dipundakku dan sebuah suara yang ku kenal sebelumnya membangunkan ku seketika.

“Permisi mas, apa lampu bacanya belum nyala juga? Atau ada hal lain yang bisa saya bantu?” Tiba-tiba pramugari cantik itu lagi yang ada di sebelahku.
“Perasaan saya nggak salah pencet tombol lagi deh. Sumpah...” Pembelaan yang polos.
“Kalau begitu, kenapa lampu di atas kepala anda bisa menyala?” pramugari menunjuk kepada lampu pemanggil pramugari yang aku nggak tahu sejak kapan menyala dan pramugari cantik ini mulai kelihatan nggak cantik lagi ketika dia senyum sambil melotot ke arah ku.

Apa yang aku lakukan berikutnya hanyalah sekedar senyum sambil meminta maaf dan memberikan sedikit penjelasan karena sepertinya aku tidak sengaja menekan tombol pemanggil pramugari ketika aku merentangkan tangan tadi, dan untung saja si pramugari cantik itu tersenyum ramah lagi kepada ku.
Ya tuhan, iseng amat sih...

Gara-gara terbangun tadi, aku jadi nggak ngantuk lagi. Tapi, ternyata cobaan ini tidak berhenti sampai di lampu pemanggil pramugari. Tiba-tiba perut yang penuh terisi oleh nasi, opor ayam dan sambel terasi ini menunjukkan tanda-tanda alamnya untuk menuju TPT (Tempat Pembuangan Tahik).

Dalam khayalan, daripada aku dimasukkan ke penjara akibat dakwaan menghilangkan nyawa seluruh penumpang pesawat dan pramugari karena “buang gas” di dalam kabin pesawat yang menyebabkan seluruh penumpang keracunan gas asam hasil percampuran antara nasi, opor ayam dan sambal terasi yang akhirnya menewaskan seluruh penumpang, lebih baik aku ambil keputusan bijaksana untuk B.E.O.L (buang hajat besar) di toilet pesawat.

Perjalanan menuju toilet pesawat memang tidak terlalu sulit karena badan ku ini yang ramping ini mudah untuk diajak berjalan di segala medan. Hehehehe... Tetapi, hasrat yang sudah tak dapat ku tahan lagi ini harus sabar ku tahan sebentar karena dua buah toilet yang ada di bagian belakang pesawat sedang penuh. Dan ketika aku sedang menunggu, tiba-tiba pramugari cantik itu muncul lagi di hadapan ku.

“Anda ingin ke toilet? Tunggu sampai tanda di depan pintu ini menjadi warna hijau. Terima kasih.” Sebuah penjelasan yang singkat, jelas, padat, tepat dengan senyum seadanya kepada ku lalu dia berjalan pergi berpaling dari ku. Kesannya gaptek bener yah aku ini... (T___T)

Tak lama pramugari itu pergi, pintu toilet terbuka dan giliran ku pun tiba. Aku gunakan kesempatan di dalam toilet pesawat itu dengan sebaik-baiknya. Aku perhatikan ada apa saja di dalamnya. Ada banyak tissue, sabun cair, wastafel kecil, dan pispot yang menurutku agak sempit bagi yang memiliki ukuran pantat delapan kali lebih besar dari pada pantatku. Memangnya pantatku ukurannya apa yah?.

Setelah puas memperhatikan, aku pun mulai menumpahkan campuran nasi, opor ayam dan sambel terasi dalam bentuk yang lain ke dalam pispot yang ukurannya pas dengan pantat ku ini.

Ketika “ngeden” dengan sekuat tenaga ditambah dengan suara letusan dari gas asam yang akhirnya bisa aku keluarkan dengan aman, tiba-tiba pintu toilet ku diketuk tiga kali dengan cukup keras. Fikirku orang di luar yang mengetuk itu sepertinya juga sama kebeletnya dengan keadaanku di dalam sini. Jadi, aku balas ketuk 3 kali juga dengan nada yang sama, sambil memberi isyarat bahwa “saya masih butuh waktu di sini... sabar dulu yah...”.

Pertarungan pun dilanjutkan dengan konsentrasi penuh, agar bisa ku nikmati “ngeden” ini detik demi detik. Akan tetapi di tengah pertarungan ku, aku mendengar sebuah pengumunan dari pihak pesawat yang berkata dengan kalimat yang formal dan tenang...

Para penumpang yang terhormat, kami persilahkan  anda untuk segera kembali ke tempat duduk anda dan mengenakan sabuk pengaman, karena pesawat sedang melewati cuaca buruk...

Tidaaaaaaaaaakkkkkkkkk....!!! Jangan Sekarang donk.... Tanggung nih....!!! (0___0)!

            Apa yang ada di pikiranku waktu itu adalah ketika aku terjebak di dalam toilet, pesawat ini berguncang hebat dan badai di luar sana sangat menakutkan dan pesawatnya disambar-sambar petir secara random yang menyerang seluruh bagian pesawat. Hingga akhirnya pesawat harus mendarat darurat di sebuah pulau terpencil yang tidak ada manusia dan di dalamnya hanya ada monster-monster besar karnivora buas yang berbahaya... ( Lebay...!!! )

Dan benar saja dalam waktu sekejap pesawat berguncang cukup keras. Dan aku yang sedang posisi setengah duduk dan setengah jongkok ...nah posisi apa tuh?... langsung refleks berpegangan pada dinding toilet sambil berdoa untuk keselamatan kami semua di dalam pesawat ini (untung saja “E.E” ini tidak muncrat ke atas karena guncangan tadi, kalau itu terjadi,... Hueeekkk..).

Tapi daripada aku terlena dengan guncangan pesawat, aku lebih memilih untuk menuntaskan pertarungan ini agar tidak ada beban yang mengganjal di pantat, dan akhirnya dalam keadaan pesawat yang sedikit berguncang, aku sudah menyelesaikan pertarungan ku. Tapi, dimana tombol Flush-nya...??

Waduuuuhhhhh... (-__-)! Gimana ini?? Masa dibiarin begini aja...

Setelah aku selesai membersihkan sisa pertarungan yang menempel di pantatku dengan tisu, aku memutar kepala dan tubuh ku ke kiri dan ke kanan untuk mencari tuas Flush, untuk membersihkan sampah-sampah sisa pertarungan.

Setelah beberapa saat mencari tuas yang dicari pun tidak kunjung ketemu, tapi aku menemukan tombol berwarna pink yang ada di belakang pantat, dekat pispot. Segera saja aku menekannya dan suara Flush yang khas pun terdengar. Namun,

Aaaaaaawwwwww.....!!!! Panaaaaaasssss........!!!!

Tiba-tiba sebuah air yang cukup panas menyemprot dari dalam pispot mengarah tepat ke “Lubang Pantat”  dan mengagetkanku sampai aku refleks berdiri.

Tetapi, ajaibnya... ketika aku berdiri, air Flush-nya keluar dari dalam Jamban Modern itu dan membersihkan sampah-sampah sisa pertarunganku barusan secara otomatis (-__-!) "Gaptek Total nih..".

Segera saja cuci tangan sampai bersih dan aku kenakan kembali celanaku lalu bergegas kembali ke tempat duduk.

Sebuah kenyamanan yang aku harapkan saat naik pesawat untuk pertama kalinya ternyata tidak sepenuhnya aku dapat. Aku malah mendapatkan pengalaman yang ................ (T_T)

“Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan mendarat di pulau dewata, Bali. Kami persilahkan anda untuk kembali ke tempat duduk anda, mengenakan sabuk pengaman dan membuka penutup jendela. Terima kasih.”

Tidak lama kemudian pesawat pun mulai menyentuh tanah dengan rodanya, dan apa yang aku rasakan adalah sebuah perasaan yang membuat jantung ini berdebar-debar. Sambil aku berdoa (wajah yang gugup, mulut komat-kamit berdoa, mata merem melek) teman ku yang duduk di samping ku tertawa melihat ekspresi aneh ku yang kampungan ini.

Akhir yang menyenangkan adalah, kami semua selamat mendarat di pulau dewata, Bali.

So, I’ll crossing over this land... cauze I’m a Bolang Jawir...






NB : Oia, satu pertanyaan... apakah buat orang yang pertama kali naik pesawat, foto-foto depan pesawat itu termasuk norak?

Tidak ada komentar: