Nekat di Kraton Solo : part 3


Bertelanjang kaki aku menjekaki halaman luas tanah berpasir, sinar matahari membias melalui milyaran klorofil dari rentetan pohon, bagaikan barisan prajurit yang meneduhi Kompleks Kedhaton, Kraton Surakarta Hadiningrat, Solo
Seakan menciptakan lukisan alam di mana udara dan tanah adalah kanvas-nya, inilah perpaduan seni terindah antara keangungan Tuhan dan kreatifitas manusia dalam menciptakan harmoni dalam kehidupan di dunia.

Ternyata bukan Cuma aku yang merasakan nyamannya kompleks Kedhaton ini, dua wanita turis asing tadi itu juga sibuk motret dan mendengarkan guide mereka menjelaskan tentang kompleks Kedhaton ini. Tiba-tiba, aku punya sebuah ide yang cemerlang dengan memanfaatkan guide dan dua turis tersebut. Hehehe…

Sambil jalan santai, aku mendekati mereka dengan cara terus memotret sekeliling, setelah aku berada dua langkah di belakang guide mereka, aku tinggal mengikuti mereka dan mendengarkan penjelasan mengenai kompleks Kedhaton dari guide dengan gratis. Hehehe… #jurus_aji_mumpung#

Di taman ini, Terdapat sebuah bangunan dengan ruangan terbuka yang luas, ruangan tersebut bergaya arsitektur dan desain interior khas jawa tengah, ditambah dengan beberapa patung dan lampu bergaya eropa, menjadikan sebuah ciri yang sangat khas yang dimiliki oleh Kraton Surakarta Hadiningrat.





Fungsi dari ruangan ini sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keraton baik yang bersifat upacara ritual maupun kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan di Kraton Surakarta Hadiningrat, Solo. Dari yang aku ingat namanya adalah Joglo Kedhaton… maaf yah kalo salah, agak pikun soalnya… hehehe… #alesan…#

“Menara yang seperti ini jadi tempat semedi?” kira-kira itulah fikiranku saat itu ketika melihat dan mendengar penjelasan mengenai sebuah menara empat lantai berwarna putih dengan gaya eropa kuno yang terdapat di sebelah timur Joglo Kedhaton. Konon menara ini digunakan sebagai tempat bersemedi dan berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan.

Sama sekali tidak menampakkan kesan menakutkan atau mencirikan sebagai sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat bersemedi. Keindahan arsitektur eropa kuno yang ada di menara ini, menepis kesan angker sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai tempat berkomunikasi dengan dunia lain yang tak kasat mata. #Luar_biasaaa…#


Dua turis wanita dan guide yang aku ‘tumpangi’ dari tadi ini, sepertinya sudah mulai sadar bahwa ada Plankton yang menempel dalam rombongan dan telah mendapatkan info gratisan dengan cara yang agak curang dan nggak punya malu. Mission Complete…Hehehe…b(^_^)d #mendingan_nggak_punya_malu_daripada_nggak_punya_duit#

Aku keluar dari kawasan Kraton Surakarta Hadiningrat, dengan senyum puas karena telah mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman dan foto-foto yang mungkin akan sulit aku dapatkan lagi. Semoga Kraton Surakarta Hadiningrat akan tetap arif dan bersahaja seperti saat aku kesini.


Tak perlu berjalan jauh, aku menemukan sebuah warnet dan sambil istirahat minum es teh manis, aku langsung memindahkan foto yang aku dapat ke flashdisk agar kamera digital ini memorinya cukup untuk beberapa moment lainnya. Tapi, ada beberapa kejanggalan dari foto-foto yang aku dapatkan tadi di dalam keraton. Semua foto yang aku ambil di ruangan penyimpanan benda-benda keramat milik Keraton, Gelap total…!!! Seperti foto yang terbakar... padahal aku sudah menyalakan lampu dan mengatur pencahayaan serta blitz di kamera digital untuk nightmode. #mulai_merinding#

Ternyata, tidak semua foto di ruangan penyimpanan benda-benda keramat milik Keraton itu gagal. Diantaranya, terselip di tengah sebuah foto patung kepala boneka kayu berukuran cukup besar, berwarna merah darah, matanya besar, hidungnya besar menjulur keatas dan ketika dilihat dari beberapa sudut, seolah-olah foto patung ini matanya mengikuti arah kita bergerak. #merinding_beneran#

NB : merinding itu datang lagi ketika aku menulis ini.

Tidak ada komentar: