Langkah Keempat : Beautiful Dejavu

11 March 2010
Waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB
Aku yang masih setengah terbangun dari tidur, rasanya berat mengangkat tubuh untuk segera bangun. “Ta, kita ke Borobudur jam berapa?” suara Asrul menghentak naluri, “Oia…!! Gue lagi di Jogja…!!” seketika tubuh ku yang awalnya terasa berat, langsung terbangun. “abis mandi, cari sarapan di Gudeg Wijilan, terus kita ke Sosrowijayan buat cari hotel, abis itu langsung kita ke Borobudur…” itu rencana kita hari ini.

Time Machine
Waktu menunjukkan pukul 09.15 WIB
Setelah kenyang ditraktir makan Gudeg Wijilan oleh mas Riza, saudaraku dari Jogja. Dengan naik becak kami menuju Malioboro, hingga sampai di dalam sebuah gang yang bernama Sosrowijayan. Kami berputar-putar menelusuri gang tersebut untuk menemukan hotel dengan fasilitas yang nyaman dan harga yang terjangkau untuk 3 orang. Setelah cukup melihat-lihat, akhirnya kami memilih Hotel Kartika di samping gang ketika masuk sosrowijayan. Hotel ini cukup murah, dengan fasilitas yang memadai. Selain itu, pemiliknya juga baik, dia member tahu kami arah-arah yang bisa kami tempuh untuk berkeliling Jogja. Kalau mau menyewa motor, sepeda, mobil, atau membutuhkan paket tour, mereka bisa menyediakan.
Yah,… hal ini banyak dilakukan di seluruh Jogja demi menunjang kawasan wisata yang memang ada rata-rata di seluruh Jogja. Menarik banget deh, kalo mau yang suasananya lebih alam juga ada tuh, memang agak kepinggir kota, tapi untuk soal membuang penat,.. Numero Uno…!!!
Waktu menunjukkan pukul 10.15 WIB
Ternyata setelah dapat Hotel, bukannya langsung bersiap-siap jalan ke Borobudur, kami malah pada sibuk nge-jemur baju. Perjalanan ke Borobudur selanjutnya kami awali dengan naik Bus Trans Jogja Rute 2B dari Malioboro sampai Terminal Jombor, dari sini disambung dengan naik bus kecil jurusan Borobudur dengan ongkos 10.000,-.
Nah,… ada cerita nih, si Asrul itu sudah dua kali hampir ketinggalan. Yang pertama waktu kereta lagi berhenti di sebuah stasiun tengah malam, pas kereta mulai jalan, si Asrul belum kelihatan, “Jang, si Asrul mana? Cariin yuk…” belom sempat aku berdiri, tiba-tiba Asrul ada didepan kami sambil cengar-cengir kelelahan “Hampir aja gue ketinggalan… nggak jadi deh gue kencing…” paduan suara ketawa pun membahana antara gue, Ujang dan si nenek. 

Yang kedua itu pas bus lagi transit sebentar ke sebuah terminal kecil di luar kota Jogja, ketika bus sudah mau jalan, aku lihat di jendela bus, Asrul baru lari-lari mengejar bus “Pak.. pak.. tunggu pak, teman saya ketinggalan dibelakang..!!” dan benar saja Asrul langsung naik ke bus dengan bawaan air minum dan belanjaan ditangan. “Aakkhh..!! be’canda ini… jangan ditinggal donk.. bisa jadi gembel gue kalo ketinggalan disini…” Aku, Ujang dan si supir bus Cuma bisa ketawa.
NB : saran dari Ujang, kalo bawa Asrul jalan-jalan, jangan lupa diiket terus dikasih tali yang panjang, biar kalo tiba-tiba hilang gampang dicarinya.
Waktu menunjukkan pukul 11.15 WIB
Dalam perjalanan menuju Borobudur, kedua temanku lebih sukses tidur ketimbang menikmati pemandangan menuju daerah Magelang. Mataku juga sebenarnya setengah ngantuk, tapi rasanya sayang banget kalau melewatkan pemandangan kayak gini. Hanya dalam hitungan menit, sebuah lagu dari mp3 player memutar sebuah lagu secara acak dan langsung membawaku ke dalam sebuah dejavu.
I see skies of blue, and clouds of white,
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself, what a wonderful world
Yes I think to myself, what a wonderful world
Louis Armstrong – What a wonderful world
Aku tahu dejavu ini… aku pernah beberapa kali lewat jalan ini sebelumnya, tapi kapan yah? Barisan pegunungan hijau di depan, jalanan aspal lurus tanpa ujung, petak-petak sawah di sebelah kanan jalan dan para pengrajin patung dari batu alam disebelah kiri jalan… angan ini entah menerawang kemana, sampai sebuah syair lagu melemparkan dejavu ini ke sebuah sebuah masa lalu.
Hati kecil berbisik, untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda, seribu sesal didepan mata
Seperti menjelma
Waktu aku tertawa, kala memberimu dosa
Oh maafkanlah, oh maafkanlah

Rasa sesal di dasar hati
Diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah 'ku mencoba 'tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti
Iwan Fals – Yang Terlupakan
Rencana perjalanan ini sebenarnya dulu dibuat bareng sama mantan pacarku, tapi karena sekarang sudah putus, jadinya… yah dijalanin bareng sama kedua temanku ini. 

“Aaaahhhh…! Dari pada melankolis sama masa lalu, mendingan bangunin kedua temanku ini, kayaknya dah mau nyampe nih…” dan akhirnya, tujuan pertama kami hari ini pun ada di depan mata. Borobudur here we come…!!!

Maju dulu...

Mundur dulu...

Tidak ada komentar: